Monday, May 6, 2013

Blaming Does Not Solve Any Problem


Pernahkan kalian mencoba menyelesaikan masalah dengan menyalahkan orang lain? Well, aku sih pernah. Misalnya aku kehilangan headset handphone, kemudian aku menyalahkan ibukku atau adikku karena aku pikir mereka bertanggung jawab akan hilangnya si headset. Aku pikir mereka yang memindahkan headsetku dari meja belajar sehingga hilanglah si headset. Emm, it happens many time. Kebiasaan blaming (menyalahkan) memang susah untuk dihindari. Hampir semua orang pasti pernah melakukan itu. Tapi suatu hari ada seseorang yang menyadarkanku bahwa blaming is not good. Blaming does not even solve any problem you face. Blaming only gives more burden on you and your problem. Blaming does not get you anywhere, though. Seseorang itu adalah dosenku.

Sewaktu semester 8 aku mengambil makul wajib yang disebut "Service Program Design". Kuliah ini bukan soal desain, no no no. Ini mata kuliah adalah mata kuliah paling ajaib sedunia. Mata kuliah ini mengajarkan bisnis, marketing, kerja tim, kepribadian, seni, budaya, motivasi, kedisiplinan, dan macem-macemnya. Aslinya sih kuliah tentang bagaimana mempergunakan ilmu "Pendidikan Bahasa Inggris" untuk dunia bisnis tepatnya bisnis di bidang jasa. FYI, kuliah ini hanya diadakan di hari Senin lho *persis upacara Bendera*. Setiap mahasiswa wajib masuk ke kelas (bukan kelas sih, tapi sebuah ruangan di gedung pusat lantai 4) sebelum jam 6 pagi karena dosen akan datang pukul 6.15. Dan karena jarak tempuh antara kampus dan rumah kira-kira 45menit (normal-ngebut) sampai 1 jam (jalan rame) aku harus maksimal berangkat jam 5.10 pagi dari rumah *pernah saking nggak fokusnya lihat dedemit nyebrang jalan juga #abaikan*. Kalau sampai telat ya sampai ketemu di kelas semester selanjutnya *Ogah banget kan*.

Tapi meskipun kami sampai kampus sebelum jam 6 pagi *Puji Tuhan pintu pagar udah dibuka*, kami nggak bisa terus santai-santai hore lenggang kangkung masuk kelas, no no no, karena tiap datang ke kelas musti naik tangga sampai lantai 4, padahal ada lift tapi nggak boleh dipakai kecuali lagi sakit, lengkap dengan seragam dinas kantoran (blazer + rok + high heels buat cewek dan setelan jas + dasi + fantofel buat cowok). Kebayang nggak tuh perjuangannya kayak apa, LOL. By the way, nggak cuma sampai disitu lho penderitaan kami, kelas ini setiap minggunya ada tugas yang disebut artwork. Kami para mahasiswa (yang khusus di makul itu disebut Mr/Mrs. MANAGER) diwajibkan untuk membuat karya seni 4 dimensi untuk kemudian dipromosikan pada Mr/Mrs. Manager yang lain. Tiap minggunya ada tema yang berbeda-beda. Kalau sampai masuk jajaran "the worst" suruh ngulang bikin artwork dengan tema yang sama di pertemuan selanjutnya *duh!* Pembuatan artwork itu sampai 4 kali dalam 1 semester lho.

Selain membuat artwork, kami juga diminta membuat kelompok yang nantinya akan menjadi base dari service business kami (kami nantinya harus mencari dan mengajar bahasa Inggris pada klien kemudian melaporkan gaji dan proses belajar-mengajar). Masih ada lho tugas yang paling kejam yaitu SUMMARY. Ini bukan sekedar meringkas buku tapi juga belajar bertanggung jawab dan tidak menyalahkan orang lain. Kalau summary gagal otomatis kami juga harus mengulang kuliah di semester selanjutnya. Summary wajib ditulis tangan dan ditulis pada kertas folio bergaris dengan ballpoint biru. Gilanya lagi, tidak boleh ada tipe-x atau coretan, warna tinta ballpoint yang digunakan juga harus sama di setiap lembarnya. Belum lagi aturan margin dan sebagainya. OMG! Summary dibuat selama 2 minggu (padahal bukunya tebel dan tulisannya kecil-kecil, bdk: How to Start a Service Business). Pokoknya kalau ada salah dikit aja atau tidak mengikuti aturan (padahal aturannya juga simpang siur) nyawa kami di kelas tersebut terancam. Ngeri deh.

Nah, setelah moment-moment epic pembuatan summary, artwork, dan beberapa tugas lainnya. Dosen kami tercinta menuturkan kalau dari tugas-tugas dan aturan gila tersebut kami dilatih untuk disiplin dan tentunya STOP BLAMING (blaming cannot be tolerated as an excuse even a solution). Ya, kami dilarang untuk menyalahkan siapapun akan hal buruk apapun yang terjadi selama mengikuti kuliah ini dan di kehidupan kami selanjutnya. Kalau kami gagal dalam membuat tugas dan dikeluarkan dari kelas, the one and only person responsible for that is ourselves. Aku inget banget waktu bu Dosen yang kami kenal dengan panggilan Cik Lan mengatakan, "Apapun yang terjadi padamu, jangan salahkan orang lain, salahkanlah dirimu yang pertama kali. Kamu yang bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan dan atas apa yang terjadi pada dirimu sendiri bukan mereka." Kalau dipikir-pikir sadis juga ya. Tapi jangan ditelan mentah-mentah lah ya, bisa nggak nemu nalar ntar, LOL. Intinya sih kami harus bisa bertanggung jawab pada kehidupan kami masing-masing. 

Stop blaming yang diajarkan di mata kuliah ini memang sadis kok. Misalnya saja kalau kami telat karena terlambat bangun, kami tidak boleh menjadikan "terlambat bangun karena tidak ada yang membangunkan atau karena alarm mati atau karena tidak mendengar alarm" sebagai excuse untuk dimaafkan dan diperbolehkan mengikuti kuliah. Justru kami harus menemukan sebab, kenapa kami tidak aware dengan waktu dan memilih untuk menggantungkan kepercayaan agar bisa bangun pagi pada alarm atau orang rumah. *susah masuk di akal nih* Bahkan yang paling lucu adalah ketika beliau menceritakan pengalaman salah satu (kalau nggak salah sih) anak dari rekan beliau yang mengalami kecelakaan. Sewaktu itu beliau tidak menanyakan "siapa yang nabrak kamu? kok bisa kecelakaan itu gimana?, dll" tapi beliau justru menanyakan, "kenapa kamu ada disitu pas ada pengendara motor yang ugal-ugalan lewat?" Si anak tadi nggak mungkin kan jawab, "yang nabrak tuh nggak punya mata tante" atau mungkin "dia yang salah tante, soalnya naik motornya seenaknya sendiri." Pasti dia bakal jawab, "aku mau ke rumah temen tante" atau "aku lagi pulang kuliah tante." Central dari kejadian adalah "aku" bukan "dia" jadi otomatis si "aku" tidak blame pada "dia". Agak aneh memang saat pertama dengar cerita itu. Tapi dari situ kami belajar bahwa suatu kejadian dan suatu masalah yang menimpa kami adalah tanggung jawab kami.

Kebiasaan menyalahkan orang lain pada suatu masalah seperti "gara-gara dia nih handphone ku hilang" atau "gara-gara dia nggak bayar hutang aku jadi nggak punya uang" tidak akan menyelesaikan masalah itu sendiri. Kenapa kita tidak coba untuk berpikir demikian, "aku tadi meminjamkan handphone pada dia kemudian handphone itu hilang, mungkin aku memang sedang ceroboh" atau "kenapa aku tidak coba tanyakan pada dia kapan dia akan membayar hutangnya padaku ya? Mungkin saja dia lupa." Meskipun mungkin masalah kita tidak selesai semudah itu, tapi dengan merubah mindset seperti itu kita tidak menambah masalah lagi (misalnya saja teman kita jadi tidak mau berteman lagi dengan kita karena dia selalu disalah-salahkan perihal hilangnya si handphone) dan juga akan lebih mudah untuk memaafkan orang lain.

Mulai sekarang, yuk coba untuk STOP BLAMING and BE RESPONSIBLE! Ini memang tidak mudah, aku juga nggak akan bilang ini mudah. Tapi paling tidak kita mencoba untuk mengurangi kebiasaan menyalahkan orang lain. Menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab dengan mengubah mindset akan membuat kita menjadi orang yang lebih baik, lebih ikhlas, dan lebih disukai banyak orang. Blaming will get you NOWHERE, trust me!




~Hug & Kiss~
xoxoxo



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
PitaPata - Personal picturePitaPata Cat tickers
PitaPata - Personal picturePitaPata Cat tickers
Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net