Saturday, November 10, 2012

So, What's Shopaholic Must Do, Then?

Maraknya online shop tentunya membuat orang yang aktif di jejaring sosial menjadi orang yang sangat konsumtif. Saya akui bahwa saya juga demikian. Apalagi dengan adanya akses yang sangat mudah, tinggal sms atau BBM ke pemilik toko online, kemudian transfer sejumlah uang, dan taadaaa mas kurir bakal datang mengantarkan barang yang kita beli. Banyak keuntungannya, pertama kita nggak perlu susah-susah pergi keluar rumah meski hujan badai tetep bisa shopping (asal internet nyala aja). Kedua, kita nggak perlu masuk satu toko ke toko yang lain cuman buat bandingin harga. Di toko online kita masih bisa bandingin harga per toko kok, caranya tinggal klik sana klik sini aja. Ketiga, kita nggak perlu capek-capek jalan, naik turun tangga, keliling-keliling buat nyari barang yang kita inginkan. Semuanya sudah komplit terpampang di depan mata. Tinggal pilih dan klik saja. Keempat, pembayaran dengan sistem transfer membuat kita lebih leluasa, pada intinya kita tak perlu mengambil uang di ATM, tinggal pakai mobile banking saja, beres!

Tapi, tahukah blogger, kalau budaya konsumtif yang seperti ini sebenarnya nggak baik?? Kok bisa? Hmmm, jadi gini penjelasannya. Pernah kan nonton film Shopaholic? Hmm, belum? Kalau baca novel Sophie Kinsella yang "Confessions of a Shopaholic" pernah kan? Ya, pada intinya novel dan film itu sama. Dalam novel dan film itu dikisahkan bahwa Rebecca Bloomwood adalah seorang shopaholic atau penggila belanja. Dia bahkan rela mengutang pada bank dengan menggunakan kartu kredit demi memuaskan nafsu belanjanya.

And guess what?? Ya, akhirnya dia terjerat hutang dan tagihan kartu kredit yang tak sedikit. Terlebih, dia tidak punya pekerjaan dan gaji untuk melunasi hutang-hutangnya. Meskipun begitu, Becky (sapaan Rebecca) masih ketagihan untuk belanja, bahkan barang-barang tak penting pun dibelinya. Setiap hari dia bagaikan tak memiliki pakaian, tas, dan sepatu untuk dikenakan, padahal di apartemennya baju, tas, dan sepatu sudah bejumlah ratusan. Jadi kira-kira begitulah yang disebut dengan orang yang kecanduan budaya belanja dan konsumtif. Inginnya hanya belanja, belanja, dan belanja.

Sesungguhnya banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa kecanduan belanja. Ya, ini demi kelangsungan hidup kita nantinya, juga demi tabungan yang aman dan tidak terjerat hutang. Salah satu cara yang paling ampuh adalah membuat anggaran. Buatlah anggaran dengan jumlah gaji atau uang saku bulanan yang kamu miliki. Misalnya kamu memiliki gaji 1,5 juta sebulan. Lalu, ambil 500ribu sebagai uang tabungan dan anggap sebagai uang MATI alias uang yang tidak bisa digunakan lagi. Nah, uang 1 juta kamu bebas anggarkan untuk apa saja. Yang penting 1 juta itu harus cukup digunakan dalam waktu 1 bulan. Nah, begitu seterusnya. O ya, satu lagi, saat berbelanja, jangan berpikir bahwa "ahhh nanti barang atau baju ini pasti berguna" tapi pikirkan bahwa "barang atau baju ini akan aku gunakan untuk acara X besok minggu". Intinya, jangan membeli barang yang tidak akan kamu gunakan dalam waktu dekat. Biasanya setelah membeli barang yang tidak kamu perlukan kamu akan lupa kalau kamu memiliki barang itu dan akan membeli barang yang sama disaat kamu benar-benar butuh. Kinda wasting money, right??

 image was taken from here


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
PitaPata - Personal picturePitaPata Cat tickers
PitaPata - Personal picturePitaPata Cat tickers
Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net