.Sang Putri dan Sebuah Negeri yang Tamak.
Alkisah di sebuah negeri antah berantah, sebut saja negeri itu Ginkanora. Negeri Ginkanora dipimpin oleh seorang raja dan seorang ratu. Selain dikuasai oleh raja dan ratu, adik dari sang raja dan beberapa kerabat kerajaan juga mendominasi kekuasaan di negeri itu. Selain itu, sebenarnya anggota kerajaan Ginkanora masih ada banyak. Ada seorang putri yang kini tinggal terpisah dari kerajaan karena sudah menikah dengan seorang pria dari daerah yang jauh. Ada pula seorang putri yang sedikit nyinyir tapi sebenarnya dia baik hati dan bijaksana. Ada juga seorang putri yang sangat giat bekerja. Yang terakhir diantara banyak putri kerabat kerajaan, ada seorang putri yang teraniaya.
Kisah ini selebihnya akan mengisahkan kehidupan sang putri yang teraniaya. Sebut saja putri itu putri Theana. Putri Theana adalah putri yang baik hati dan pekerja keras. Dia juga seorang putri yang jarang mengeluh pada segala tugas yang dibebankan kepadanya. Bak kisah dongeng putri salju yang melegenda, kehidupan putri Theana tak jauh berbeda dengan nasib sang putri salju. Sang ratu begitu tidak menyukainya. Bukan karena dia anak raja yang cantik melainkan karena dia memiliki kehidupan yang lebih beruntung dibandingkan dengan kehidupan sang ratu sebelum dia resmi menjadi ratu di Ginkanora. Sebenarnya, ratu Ginkanora yaitu ratu Inora adalah kawan lama putri Theana. Namun mereka sempat berpisah beberapa waktu karena ratu Inora yang dulunya bernama putri Inora pergi ke negeri yang jauh untuk belajar menenun bulu domba. Sedangkan putri Theana tetap tinggal di kawasan negeri Ginkanora sambil berdagang bunga dan belajar memanah.
Di suatu masa, putri Inora kembali ke negeri Ginkanora setelah selesai belajar menenun bulu domba di negeri seberang. Akhirnya putri Theana dipertemukan kembali dengan putri Inora. Merekapun kembali menjalani kehidupan bersama-sama. Hingga pada suatu saat, ada laki-laki yang datang mendekati putri Theana dan juga putri Inora. Kedatangan lelaki itu memunculkan adanya perselisihan antara putri Inora dan putri Theana. Putri Inora menuduh putri Theana bermain curang dengan dirinya. Dia menuduh sang putri merebut lelaki itu dari tangan putri Inora. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah bahwa putri Theana dan lelaki itu hanya berteman karena mereka sama-sama suka berburu dan memanah.
Sejak saat itu, putri Inora menjadi tidak suka dengan putri Theana. Putri Inora bahkan tidak menyukai apapun yang dilakukan dan dipakai oleh putri Theana. Pada saat itu, terjadi prahara di negeri Ginkanora yang dipimpin oleh raja Damaro. Hubungan raja Damaro dengan tunangannya saat itu sedang goyah. Pada saat itu pula putri Inora melihat kesempatan yang sangat bagus untuk menjatuhkan putri Theana dan mengusirnya dari kerajaan tersebut. Perlahan-lahan putri Inora mulai mendekati kerabat dekat raja. Pertama, putri Inora mendekati putri Lorensi yang juga merupakan adik kandung dari raja Damaro. Setiap saat mereka selalu terlihat bersama padahal sebelumnya putri Lorensi lebih sering pergi dan bermain bersama putri Theana. Bujuk rayu dan tipu muslihat putri Inora sepertinya mengenai sasaran. Putri Lorensi semakin hari semakin menjauh dari putri Theana, bahkan sekarang ia membencinya.
Pada suatu ketika, hubungan raja Damaro dengan tunangannya kandas. Kesempatan itu dimanfaatkan dengan sangat baik oleh putri Inora untuk mengambil hati sang raja. Benar saja, dengan kecantikan dan tipu daya yang keluar dari bibir putri Inora, sang raja pun bertekuk lutut di hadapannya. Singkat cerita, merekapun menikah dengan pesta yang sangat besar dan mewah. Namun di dalam pesta itu ada tiga orang putri yang tidak turut diundang. Dia adalah putri Theana, putri Wincita, dan putri Nivdia. Memang ratu Inora tahu kalau ketiga putri tersebut bersahabat. Oleh karena itu mereka bertiga sengaja tidak diundang.
Putri Theana merasa sangat sedih karena tidak mendapat undangan pesta pernikahan raja. Padahal banyak orang-orang yang tidak dikenal raja namun diundangnya serta. Ketika putri hendak meminta kejelasan pada kerabat kerajaan terdekat raja, yang didapat olehnya adalah cibiran dan makian. Seorang panglima kerajaan bernama Porseo beserta istrinya memaki-maki putri Theana, padahal sebelumnya mereka tidak pernah begitu padanya. Ternyata bisa racun yang disebarkan oleh ratu Inora telah merasuki hampir semua kerabat dekat raja. Kerajaan dan istana Ginkanora menjadi sangat asing bagi putri Theana.
Setelah hari besar raja usai, putri Theana berniat untuk pergi dari istana. Dia mendatangi kedua sahabatnya, putri Wincita dan putri Nivdia untuk meminta pendapat. Putri Wincita dan putri Nivdia sangat setuju dengan ide putri Theana. Akhirnya diputuskan bahwa mereka akan segera berkemas dan pergi meninggalkan istana dan kerajaan pada malam harinya. Dengan penuh keberanian dan juga harapan untuk terbebas dari racun yang disebarkan oleh ratu Inora pada seluruh kerabat kerajaan, putri Theana mengemasi barang-barangnya dan segera pergi berjingkat keluar dari kamarnya yang masih berada di kompleks istana. Tapi di perjalanan menuju rumah kedua sahabatnya, putri Theana dikejutkan oleh kemunculan seorang panglima. Sebut saja nama panglima itu panglima Barbeo.
Panglima tersebut sangat baik hati. Dia dengan sabar hati mendengarkan cerita dan alasan mengapa putri Theana ingin pergi meninggalkan istana dan negeri Ginkanora. Setelah mendengarkan sang putri bercerita, panglima tersebut menawarkan diri untuk mendampingi sang putri dan kedua sahabatnya untuk keluar dari negeri Ginkanora. Memang, jika ingin keluar dari negeri itu tanpa ketahuan, siapapun harus melewati hutan larangan yang konon kabarnya dihuni oleh beberapa makhluk mengerikan dan monster-monster rawa. Sang putri pun setuju. Kemudian mereka berdua bergegas menuju rumah putri Wincita dan putri Nivdia.
Singkat cerita, keempat orang tersebut dengan berbekal lentera dan obor berjalan cepat-cepat meninggalkan negeri Ginkanora. Mereka sengaja tidak melewati jalan utama keluar dari negeri tersebut, melainkan melewati jalan setapak yang berlumpur. Kemudian menyeberangi anak sungai yang airnya sedingin es. Lalu melewati jembatan gantung yang sudah sedikit reot. Dan sampailah mereka pada hutan larangan. Namun, kenyataannya, hutan tersebut tidak seperti apa yang diceritakan kebanyakan orang. Hutan tersebut hutan biasa yang dihuni oleh beberapa binatang hutan yang ramah seperti rusa, berang-berang, ayam hutan, bajing, dan tentu saja kunang-kunang.
Ketika fajar menjelang dan matahari mulai memancarkan sinar emas kemerahannya yang hangat, sang putri, kedua sahabatnya, dan sang panglima telah sampai di ujung luar dari hutan larangan. Mereka terlihat kelelahan namun wajah mereka memancarkan gurat kebahagiaan. Ya, mereka patut berbahagia karena telah berhasil keluar dari negeri yang tamak dan penuh kesombongan itu. Sejenak mereka beristirahat di bawah naungan pohon cemara yang rindang. Putri Theana membuka bekalnya berupa roti gandum berlapis selai kacang buatannya. Dia membagi setengah dari bekalnya untuk sang panglima yang telah sangat berbaik hati menolongnya dan kedua sahabatnya.
Setelah dirasa sudah cukup untuk beristirahat, sang putri mengajak serta ketiga rekan seperjalanannya untuk melanjutkan perjalanan menuju negeri terdekat. Namun sayangnya sang panglima tidak bisa turut serta. Ia harus kembali ke kerajaan karena raja pasti akan mencarinya. Selain itu sang panglima memiliki anak dan istri yang tidak bisa ditinggalkan. Dengan berat hati namun penuh kebanggaan, sang putri melepas kepergian panglima Barbeo kembali ke kerajaan. Tak lupa putri Theana menitipkan salam hangat untuk istri dan anak sang panglima dan salam sejahtera untuk sang raja, sang ratu, dan seluruh kerabat dekat mereka yang tinggal di istana.
Putri Theana dan kedua sahabatnya, pada akhirnya, tinggal di negeri bernama negeri Caramora. Negeri Caramora adalah sebuah negeri yang cantik dan subur. Negeri itu memiliki raja dan ratu yang sangat baik hati dan bijaksana. Semua rakyat yang tinggal di negeri itu hidup dengan sangat rukun, damai, dan berkecukupan. Tidak pernah terlihat ada pengemis maupun gelandangan di sana. Seluruh rakyat hidup makmur dan sejahtera. Banyak dari rakyat Caramora yang bercocok tanam di ladang, ada pula yang memintal benang dari bulu domba dan buah kapas. Selain itu negeri ini juga memiliki danau yang sangat luas dan cantik. Di sana putri Theana dan kedua sahabatnya memelihara ladang dengan bercocok tanam buah stroberi dan bunga-bunga yang cantik. Mereka bertiga memiliki sebuah toko bunga dan buah yang sangat laris.
Lama tak terdengar kabarnya, suatu hari putri Theana mendapat kabar bahwa negeri Ginkanora berada di ambang kehancuran. Kabar tersebut ia dapatkan dari panglima Barbeo melalui sebuah surat. Panglima Barbeo mengatakan bahwa sang ratu sangat gila kekuasaan dan gila harta. Hampir setiap minggu beliau memungut pajak dari rakyat yang semestinya dipungut tiga bulan sekali. Saat ini rakyat Ginkanora begitu menderita. Banyak di antara rakyat yang mati kelaparan. Namun sayangnya, sang raja dan ratu sepertinya menutup mata pada keadaan rakyat Ginkanora.
Mengetahui kabar tersebut, putri Theana segera menghadap raja dan ratu Caramora. Ia meminta ijin pada raja dan ratu untuk memberikan tempat pengungsian sementara bagi rakyat Ginkanora yang menderita dan sengsara. Melihat kebaikan hati dan ketulusan putri Theana, raja dan ratu Caramora setuju untuk menampung rakyat Ginkanora yang hendak mengungsi dari negerinya. Singkat kata, atas bantuan panglima Barbeo, pada akhirnya sebagian besar rakyat Ginkanora yang sudah tidak lagi bersikap loyal pada raja Damaro dan ratu Inora berhasil mengungsi ke negeri Caramora. Di sana mereka mendapat perlakuan baik serta mendapat makanan yang sangat cukup. Mereka begitu berterimakasih pada putri Theana, putri Wincita, dan putri Nivdia serta panglima Barbeo dan anak istrinya.
Setelah beberapa tahun berlalu, kabar terakhir yang terdengar dari negeri Ginkanora adalah bahwa negeri itu telah musnah. Sebuah bencana besar melanda negeri yang penuh ketamakan dan kesombongan tersebut. Putri Theana, putri Wincita, putri Nivdia, panglima Barbeo beserta istri dan anaknya serta seluruh bekas rakyat Ginkanora yang tinggal di negeri Caramora kini hidup dengan damai dan penuh kasih sayang. Mereka begitu mencintai putri Theana serta raja dan ratu Caramora. Akhirnya, putri Theana menikah dengan pangeran Errico yang adalah putra mahkota kerajaan Caramora. Mereka pun hidup bahagia selamanya.
.The End.
PS: Cerita ini diambil dari sebuah kisah nyata, hanya saja nama tokoh, setting, dan endingnya diubah agar tidak menyinggung pihak-pihak tertentu.
~Hug & Kiss~
xoxoxo