Malam ini aku sudah siap-siap akan tidur. Aku sudah mengenakan piyama berlengan panjang bergambar kelinci favoritku. Malam ini memang agak dingin. Mungkin karena sesorean hujan turun cukup deras. Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan pukul 10 lewat 20 menit. Sudah cukup larut memang. Mataku juga sudah mulai mengantuk. Aku ingin sesegera mungkin merebahkan badanku di kasur kamarku yang empuk. Apalagi sejak sore tadi sakit migrenku kumat lagi. Aku pasti kecapekan dan telat makan. Ya, seharian aku bekerja sampai malam sampai-sampai aku lupa untuk makan sore. Aku biasa menyebut makan sore bukan makan malam karena memang jadwalku makan tidak lebih dari jam 7 malam.
Baru sekitar 5 menit aku memejamkan mataku, mencoba untuk tidur di tengah udara yang begitu dingin, aku dikagetkan oleh suara air hujan yang tumpah dari langit. Entah hanya perasaanku saja atau memang hujan susulan malam ini luar biasa derasnya. Aku merapatkan selimut sampai ke dagu. Suasana kamarku yang gelap karena lampunya kumatikan menambah ngeri suasana malam ini. Hujan turun disertai dengan angin yang cukup kencang. Aku takut, takut sekali. Agak konyol memang, tapi pikiranku sungguh-sungguh melayang ke peristiwa badai Oklahoma yang terjadi beberapa hari yang lalu. Bayangan video klip Carrie Underwood "Blown Away" dan film lawas "Twister" beberapa kali melintas di pikiranku. Bodoh memang! Padahal di Indonesia sangat jarang bahkan tidak mungkin terjadi badai tornado dan semacamnya di daratan. Tapi aku tetap takut. Aku masih berdiam di kamarku. Rasanya ingin keluar kamar dan mencari anggota keluargaku yang lain yang mungkin sudah terlelap di kamar mereka masing-masing. Tapi niat itu aku urungkan.
Kepalaku semakin berdenyut sakit. Migrenku semakin parah kurasakan. Rasa takut ini mungkin yang memicu kepalaku semakin sakit. Aku mencoba meraih handphoneku yang aku letakkan di meja di samping tempat tidur. Aku nyalakan lagi. Dengan bantuan cahaya dari layar handphone yang redup, aku beranjak dari tempat tidur. Tanganku meraih saklar lampu. Ctak! Bohlam lampu berwarna putih susu pun menyala. Kamarku mejadi terang tapi cahaya lampu itu sedikit menyilaukan mataku. Aku memutuskan untuk menghidupkan laptop. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan dengan laptop ini. Jadi setelah kunyalakan hanya shortcut Winamp yang kemudian aku pilih. Beberapa lagu kesukaanku aku pasang di sana dengan harapan bisa membantuku meringankan migrenku yang semakin menjadi-jadi ini.
Ah, jaringan Wi-Fi di rumah masih hidup. Padahal biasanya kalau hujan turun dengan derasnya si Wi-Fi suka ngambek. Akupun melanjutkan membuka tab Mozilla Firefox. Rasa-rasanya aku ingin membuka laman Facebook dan Twitter. Siapa tahu disana aku menemukan teman yang bisa diajak ngobrol sembari menunggu mata ini mengantuk lagi. Di luar hujan masih turun dengan derasnya. Laman Facebook sudah terbuka. Jemari telunjukku mulai memainkan touchpad laptop. Scroll kebawah mencari-cari siapa tahu ada informasi yang penting atau sekedar melihat apa toko online favoritku sudah mengupload koleksi terbarunya. Dan! Foto itu! Aku sedikit tercegang mendapati sebuah foto terpampang lebar di timeline Facebook.
Bukan foto setan atau semacamnya, bukan. Itu foto dia. Ya, yang kusebut dia adalah mantan pacarku. Kami sudah lama tidak saling berhubungan baik via telepon, SMS, instant messaging, bahkan lewat jejaring sosial. Tapi status di jejaring sosial kami sih masih berteman masih saling follow malah. Tapi dingin, tidak pernah ada interaksi sama sekali. Terakhir kami berbalas SMS hanya saat hari besar keagamaan saja. Yang membuat aku tercengang adalah setelah sekian lama akun dia membisu tanpa ada pergerakan dia tiba-tiba mengupload sebuah foto. Aneh saja bagiku. Apalagi di suasana hujan begini, suasana yang sangat kami favoritkan dulu ketika masih bersama.
Ingin rasanya aku menyapa dia. Aku tahu dia masih online. Tapi apa pantas? Aku dulu yang meminta putus dari dia. Aku dulu yang menganggapnya pengatur, diktator, dan tukang ikut campur. Aku dulu yang hampir membencinya. Tapi sekarang, aku merindukannya? Aku kembali melontarkan pertanyaan yang sama pada diriku sendiri. Apa aku merindukannya? Atau aku hanya terbawa suasana? Aku sedang takut, sakit, dan sendirian. Kemudian aku menemukan dia di jejaring sosial dan aku tiba-tiba ingin mengobrol dengannya. Ah! Sudahlah! Aku memencet tombol minimize pada laman Mozilla Firefoxku. Aku tidak ingin memandang fotonya lama-lama. Toh aku juga tidak tahu kabar terakhir tentang dia bagaimana. Aku takut kalau-kalau dia sudah punya pacar atau malah calon istri. Aku takut kalau nanti dia menyangka aku ingin kembali masuk dalam kehidupannya. Tidak!
Aku beranjak dari meja tempat laptopku berada. Meraih handphoneku dan membaringkan badanku di kasur yang sedikit terasa dingin. Hujan masih belum berhenti turun dari langit. Sepi sekali, hanya suara Rihanna dengan lagu Diamond-nya yang masih mengalun lirih dari speaker laptopku. Entah bagaimana ceritanya, tanganku otomatis membuka halaman pesan di handphone dan mulai mengetik.
Hai Mas Kendra. Apa kabar? Lama nggak ngobrol.
Hentikan! Hetikan! Hentikan! Otakku memberontak, menyuruh jari jemariku untuk berhenti mengetik. Hatiku terasa dingin dan gamang ketika kedua bola mataku menatap layar handphoneku. Aku ini kenapa??? Apa aku sudah tidak waras? Sudah sekian lama aku tidak merindukan dia tapi kenapa sekarang hatiku membabibuta untuk menghubungi dia? Gejolak dalam diriku semakin panas. Perasaan dan pikiranku, dua elemen yang tak berwujud itu, saling bergolak. Perasaanku ingin diriku menghubungi dia. Pikiranku yang penuh logika melarangku untuk melakukan hal bodoh itu. Tapi siapa yang menang? Perasaanku menang! Kembali ku tulis sebuah kalimat.
Malam Mas Kendra. Apa kabar?
Message has been sent. Message delivered. Aku menunggu balasan. Detak jam dinding berwarna ungu di kamarku semakin terdengar keras. Hujan diluar sudah mulai reda. 10 menit sudah, tidak ada balasan. 20 menit kemudian, layar handphoneku masih kosong. 30 menit berlalu, masih sama. Kulirik jam dinding berjarum hitam di dinding kamarku. Pukul 12.43. Akupun perlahan tertidur. Layar handphoneku masih kosong. Aku lupa mematikan laptop. Saat aku terbangun, aku membuka kembali laptopku yang otomatis terset "sleep mode" dan mendapati sebuah notifikasi pesan di laman Facebookku. Tanganku sedikit gemetar ketika aku membuka isi pesan itu.
------------------------------Thursday-----------------------------
Kendra Yudha Saputra 12.15am
Malam Ayuk.
Maaf pulsaku habis jadi SMSmu nggak aku balas.
Maaf pulsaku habis jadi SMSmu nggak aku balas.
Kabarku baik Yuk. Kamu gimana?
Lama nggak ngobrol ya?
Lama nggak ngobrol ya?
Kok belum tidur? Kenapa? :)
---------------------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment