Kadang yang namanya pertemanan itu ada kalanya untuk saling melupakan. Entah itu masalah karena ketidaksengajaan maupun kesengajaan. Itulah yang membedakan persahabatan dan pertemanan.
Mengapa aku tiba-tiba menulis tentang hal ini?? Ya, karena aku sedang merasa menjadi seseorang yang terlupakan. Entah disengaja atau tidak, tapi mereka yang dulu pernah menjadi temanku kini melupakan aku. Aku sebenarnya ikhlas kok diperlakukan seperti itu. Meskipun aku hanya dijadikan sebagai tempat sampah selama proses pertemanan ini terjadi. Maksudnya, aku hanya dijadikan tempat untuk membuang uneg-uneg dan rasa tidak suka pada seseorang saja. Tapi, ketika teman-temanku itu sedang bersenang-senang, akupun tak berguna lagi. Apa sih gunanya tempat sampah kalau pas lagi seneng-seneng. Hahaha *tertawa getir*
Hari ini aku baru menyadari kalau selama ini agak sia-sia juga aku berteman dengan mereka. Berawal dari pembicaraan singkat yang terjadi tadi pagi.
Sebut saja orang itu "Aya"
Aya: "Kamu nanti nggak ikut acaranya?"
Aku: "Nggak diundang kok. Jadi kayaknya nggak pantes aja buat dateng."
Aya: "Terus rencana kamu nanti mau ngapain? Si itu aja diundang lho, padahal jauh rumahnya."
Aku: "Aku nanti mau ngelanjutin kerjaan aja. Kalau si itu memang dia pernah punya hubungan dekat dengan tuan rumahnya."
Aya: "Ohh gitu. Tapi bukannya dulu kamu juga sering kesana."
Aku: "Emm, ya nggak sering sih cuma pernah beberapa kali. Aku juga nggak begitu kenal juga sama orangnya."
Aya: "Iya sih. Kayaknya acaranya agak tertutup. Jadi nggak etis juga kalau dateng tanpa diundang. Hahaha."
Aku: /mengangguk/
Aya: "Ehh, si SS diundangin nggak sih? Kayaknya dia termasuk orang yang penting dan punya jabatan disana. Seharusnya dia diundang lho."
Aku: "Nggak diundang juga. Aku kemarin sudah konfirmasi ke SS. Malah dia balik tanya ke aku."
Aya: "Sepertinya mereka sudah melupakan kamu. Atau gimana?"
Aku: "Nggak apa-apa sih dilupain. Toh mungkin emang aku yang salah karena sering tidak bisa meluangkan waktu untuk mereka. Lagian aku juga cuma apa sih? Debu? Emm, mungkin malah sejenis partikel yang nggak kelihatan. Cuman pas pakai mikroskop aja baru bisa kelihatan."
Aya: "Kok bisa gitu ya?"
Aku: "Nggak ngerti sih jalan pikiran mereka bagaimana."
Aya: "Kamu ada niat buat baikan sama mereka?"
Aku: "Baikan untuk apa? Aku merasa nggak ada yang perlu diperbaiki kok. Semuanya baik-baik saja."
Aya: "Hmmm. Bisa jadi kamu semacam terlupakan karena kamu kurang eksis."
Aku: "Kemungkinannya begitu. Lagian selain aku nggak eksis, aku juga tidak memiliki jabatan apa-apa dan tidak terkenal. Mereka kan lebih memilih bergaul dengan orang yang terkenal. Maksudnya, orang tuanya terpandang atau kaya. Berbeda banget kalau sama keadaanku."
Aya: "Masa sih begitu?"
Aku: "Coba kamu crosscheck sendiri deh."
Aya: "Ya ya ya. Lalu kamu sekarang mau ngapain?"
Aku: "Yang jelas mau nerusin kerja. Daripada nggak dapat gaji dan kena marah si boss. Untuk urusan acara tadi, nggak perlu dibahas lah. Besok tinggal tunggu aja salah satu dari mereka pamer dan mengumbar isi acara yang mereka tahu aku nggak hadir disitu. Sudah bisa ditebak kok."
Aya: "Hahaha, good luck ya!"
Aku: /mengangguk dan tersenyum/
No comments:
Post a Comment