Judul Bahasa Indonesia: Sang Penenun Kehidupan
Penulis: Maurissa Guibord
Penerbit: Atria (Indonesia)
Cetakan: I/Agustus 2012
Harga: Rp 50.000 (disc 15% jadi Rp42.500)
Beli di: Togamas, Jogja
Cover:
Cover versi Bahasa Indonesia
source: website penerbit Atria
Warped adalah karya pertama dari Maurissa Guibord. Novel ini secara keseluruhan mengambil dua setting waktu yang berbeda; masa kini dan masa lalu. Cerita dalam novel ini dimulai ketika seorang gadis kota pinggiran, Tessa Brody, bersama ayahnya, Jackson Brody, mengikuti sebuah lelang barang-barang antik. Ayah Tessa begitu menginginkan sepaket buku kuno namun tidak menyangka jika mereka juga akan mendapat bonus sebuah buku bersampul kulit bertajuk "Texo Vita" (Menenun Kehidupan) dan sebuah permadani kuno dengan sulaman Unicorn di tengah-tengahnya. Setelah membawa pulang hasil lelang, yang mana Ayah Tessa sempat menggerutu karena harganya yang terlalu mahal, Tessa mendapat bagian untuk menyimpan permadani kuno bergambar Unicorn tersebut. Sejak dia menyimpan permadani itu di dalam kamarnya, dia sering dihantui mimpi aneh tentang penyihir dan pangeran dan juga Unicorn dimana dirinya sendiri berperan sebagai gadis (perawan) desa. Selain mimpi aneh, Tessa juga mendapat bermacam pesan aneh dimana dia harus mengembalikan "benang" yang bahkan dia sendiri tidak tahu apa maksudnya.
Tanpa sengaja, suatu malam Tessa menarik salah satu benang berwarna putih keperakan yang terlihat mencuat dari permadani tersebut. Ajaibnya, gambar Unicorn di tengah permadani hilang dengan sendirinya. Sebagai gantinya muncul sesosok pemuda tampan dengan pakaian kumal, aneh, compang-camping dan seperti berasal dari jaman kerajaan. Benar saja, sosok William de Chaucy, atau Will yang tiba-tiba muncul di hadapan Tessa adalah si Unicorn. Dia adalah anak bungsu dari Earl Umbric yang berkuasa di Hartescross, Cornwall, Inggris. Uniknya, Will tersebut datang dari masa lalu, sekitar tahun 1500an. Di sela-sela kebingungannya, Tessa kembali mendapat berbagai masalah. Mulai dari munculnya Lila Gerome yang mengaku sebagai pemilik permadani kuno dan buku "Texo Vita" yang menginginkan dua benda itu kembali padanya. Kemudian disusul dengan munculnya Norn bersaudari; Spyn, Weavyr, dan Scytha yang mengaku kehilangan beberapa benang kehidupan dan menuduh Tessa telah mencurinya.
Dibantu oleh sahabatnya Opal, Tessa kemudian mencari tahu banyak hal tentang Will, buku Texo Vita, dan juga permadani tersebut. Menurut informasi yang diperoleh dari Will, diketahui Lila Gerome adalah perwujudan dari Gray Lily, seorang penyihir dan juga seorang pemintal benang yang berasal dari Hartescross, yang mana telah berhasil menarik benang kehidupan Will dengan cincin batu amber miliknya dan menyimpannya di dalam permadani dalam bentuk seekor Unicorn berbulu putih dan bermata cokelat demi memperoleh kecantikan dan kehidupan abadi. Sejak saat itulah, Tessa berjuang mati-matian untuk melindungi Will dan benang kehidupannya. Namun, sayangnya, dia diantara dua pilihan sulit, antara melindungi nyawa Will atau mengembalikan ketujuh benang kehidupan yang dicuri dari Norn bersaudari demi mengembalikan susunan takdir (dalam untaian benang yang disebut Wyrd) yang terkoyak.
Klimaks dari cerita dalam novel ini adalah ketika Tessa masuk ke dalam permadani menyusul Will. Di dalam permadani yang adalah Hartescross buatan Gray Lily, Tessa harus berjuang melawan segala makluk buatan Gray Lily. Terutama, dia juga harus melawan Gray Lily demi menepati janjinya mengembalikan ke tujuh benang kehidupan yang dicuri kepada Norn bersaudari. Tapi sebagai konsekuensinya, Tessa juga harus rela mengembalikan benang kehidupan Will, pemuda yang kini dicintainya setengah mati, kepada Norn bersaudari karena Will ditakdirkan hidup 500 tahun sebelum masa Tessa.
Dalam novel ini, Tessa digambarkan sebagai gadis remaja yang pendiam dan cukup lemah. Dia bukan tipe gadis yang mudah mengambil keputusan, bahkan di saat-saat yang genting. Namun, justru karakter inilah yang membuat novel ini mengalir dengan sangat menggemaskan. Karakter Tessa yang terkesan "clumsy" juga memicu banyaknya adegan klimaks dan anti klimaks kecil sebelum adegan klimaks yang terakhir. Ending dari novel ini sedikit bisa ditebak, hanya saja tidak terlalu gamblang tertebak di tengah cerita.
Aku begitu menyukai novel ini dan cerita di dalamnya dimana menitikberatkan antara kepercayaan seorang individu terhadap takdir dan bagaimana dia mencoba merubah nasibnya sendiri meskipun takdir sudah tergariskan. Selain itu, cara penggambaran tokoh dan latar belakang terutama kota Hartescross sungguh mendetail. Namun sayangnya, novel ini terlalu banyak adegan klimaks dan anti klimaks kecil-kecil yang agak kurang menarik di sepanjang cerita, lagi pula menjelang klimaks terakhir adegannya agak garing. Pada intinya, novel ini sangat pas buat kamu yang suka imajinasi dan fantasi. Terutama yang menyukai dongeng tentang penyihir dan legenda Unicorn.
Tanpa sengaja, suatu malam Tessa menarik salah satu benang berwarna putih keperakan yang terlihat mencuat dari permadani tersebut. Ajaibnya, gambar Unicorn di tengah permadani hilang dengan sendirinya. Sebagai gantinya muncul sesosok pemuda tampan dengan pakaian kumal, aneh, compang-camping dan seperti berasal dari jaman kerajaan. Benar saja, sosok William de Chaucy, atau Will yang tiba-tiba muncul di hadapan Tessa adalah si Unicorn. Dia adalah anak bungsu dari Earl Umbric yang berkuasa di Hartescross, Cornwall, Inggris. Uniknya, Will tersebut datang dari masa lalu, sekitar tahun 1500an. Di sela-sela kebingungannya, Tessa kembali mendapat berbagai masalah. Mulai dari munculnya Lila Gerome yang mengaku sebagai pemilik permadani kuno dan buku "Texo Vita" yang menginginkan dua benda itu kembali padanya. Kemudian disusul dengan munculnya Norn bersaudari; Spyn, Weavyr, dan Scytha yang mengaku kehilangan beberapa benang kehidupan dan menuduh Tessa telah mencurinya.
Dibantu oleh sahabatnya Opal, Tessa kemudian mencari tahu banyak hal tentang Will, buku Texo Vita, dan juga permadani tersebut. Menurut informasi yang diperoleh dari Will, diketahui Lila Gerome adalah perwujudan dari Gray Lily, seorang penyihir dan juga seorang pemintal benang yang berasal dari Hartescross, yang mana telah berhasil menarik benang kehidupan Will dengan cincin batu amber miliknya dan menyimpannya di dalam permadani dalam bentuk seekor Unicorn berbulu putih dan bermata cokelat demi memperoleh kecantikan dan kehidupan abadi. Sejak saat itulah, Tessa berjuang mati-matian untuk melindungi Will dan benang kehidupannya. Namun, sayangnya, dia diantara dua pilihan sulit, antara melindungi nyawa Will atau mengembalikan ketujuh benang kehidupan yang dicuri dari Norn bersaudari demi mengembalikan susunan takdir (dalam untaian benang yang disebut Wyrd) yang terkoyak.
Klimaks dari cerita dalam novel ini adalah ketika Tessa masuk ke dalam permadani menyusul Will. Di dalam permadani yang adalah Hartescross buatan Gray Lily, Tessa harus berjuang melawan segala makluk buatan Gray Lily. Terutama, dia juga harus melawan Gray Lily demi menepati janjinya mengembalikan ke tujuh benang kehidupan yang dicuri kepada Norn bersaudari. Tapi sebagai konsekuensinya, Tessa juga harus rela mengembalikan benang kehidupan Will, pemuda yang kini dicintainya setengah mati, kepada Norn bersaudari karena Will ditakdirkan hidup 500 tahun sebelum masa Tessa.
Dalam novel ini, Tessa digambarkan sebagai gadis remaja yang pendiam dan cukup lemah. Dia bukan tipe gadis yang mudah mengambil keputusan, bahkan di saat-saat yang genting. Namun, justru karakter inilah yang membuat novel ini mengalir dengan sangat menggemaskan. Karakter Tessa yang terkesan "clumsy" juga memicu banyaknya adegan klimaks dan anti klimaks kecil sebelum adegan klimaks yang terakhir. Ending dari novel ini sedikit bisa ditebak, hanya saja tidak terlalu gamblang tertebak di tengah cerita.
Aku begitu menyukai novel ini dan cerita di dalamnya dimana menitikberatkan antara kepercayaan seorang individu terhadap takdir dan bagaimana dia mencoba merubah nasibnya sendiri meskipun takdir sudah tergariskan. Selain itu, cara penggambaran tokoh dan latar belakang terutama kota Hartescross sungguh mendetail. Namun sayangnya, novel ini terlalu banyak adegan klimaks dan anti klimaks kecil-kecil yang agak kurang menarik di sepanjang cerita, lagi pula menjelang klimaks terakhir adegannya agak garing. Pada intinya, novel ini sangat pas buat kamu yang suka imajinasi dan fantasi. Terutama yang menyukai dongeng tentang penyihir dan legenda Unicorn.
~Hug & Kiss~
xoxoxo
No comments:
Post a Comment