Saturday, December 8, 2012

Monster-Monster Kantor

Sore itu aku berjalan agak terburu-buru. Aku berjalan melewati beberapa meja kerja di ruang staff bagian operasional. Aku memang sengaja berjalan terburu-buru. Demi Tuhan, kalau aku boleh memilih, aku pasti akan memilih untuk tidak melewati ruangan milik staff operasional ini. Aku sebenarnya tidak ada masalah yang berarti dengan mereka. Maksudku dengan staff di bagian operasional. Aku hanya sedikit punya masalah dengan beberapa orang disana. Awalnya mereka itu temanku. Aku sudah menganggap mereka teman yang bisa memberiku kenyamanan selama bekerja disini meski mereka berbeda bagian denganku. Aku bekerja di bagian administrasi. Tapi kini aku merasa mereka itu sedikit mengganggu kehidupanku di kantor dan kehidupanku sehari-hari.

Aku semakin mempercepat langkahku setelah aku melihat bahwa masih ada beberapa orang dari bagian operasional yang berada di ruangan itu. 'Ah, kenapa mereka masih disana sih. Bikin malas saja,' batinku. Sesaat sebelum aku mencapai pintu keluar yang tepat mengarah ke tangga, aku mendengar seseorang memanggilku. Sepertinya sih memang memanggilku.
"Eh!! Kok buru-buru amat?"
For sure, namaku bukan 'Eh'. Aku punya nama!
"Emm, iya. Takut keburu hujan." Aku berhenti sesaat dan mencoba menjawab pertanyaan orang itu. Dia adalah mas Doni dari bagian operasional. Dulu aku cukup dekat dengan mas Doni, dalam artian sebagai teman sekantor. Seperti yang aku bilang, aku berteman dengan beberapa orang di bagian operasional. Salah satunya adalah mas Doni. Selain mas Doni masih ada mbak Tata, mbak Tina dan mbak Vivi. Semua ada di bagian operasional.
"Bareng ajalah sama kita. Aku, Tata, Vivi, sama Tina mau naik mobil kantor buat pulang. Kebetulan boss nyuruh aku bawa pulang tuh mobil."
Aku diam sejenak. Sebenarnya aku mau sih ada yang ngasih tumpangan gratis gini. Apalagi dari jendela kaca di samping ruang operasional aku lihat kalau diluar sudah gerimis.
"Enggak usah lah Mas. Aku naik taksi saja. Soalnya nanti mau mampir-mampir juga." Akhirnya kalimat itulah yang kulontarkan sebagai jawabanku.
"Yakin nih? Nggak nyesel? Aku anterin sampai rumah deh. Daripada bayar ongkos taksi kan mahal."
Aku menggeleng. Kemudian aku lanjutkan langkahku menuju lift.
***
Kalau boleh jujur, tadi aku memang bohong sama mas Doni. Aku bilang kalau aku mau mampir-mampir, padahal aslinya aku juga langsung pulang ke rumah. Aku sebenarnya sedikit kawatir kalau-kalau mereka curiga bahwa aku sedang mencoba menghindar dari mereka. Aku menghindar karena aku sering diacuhkan, dijadikan bahan lelucon, dan sering menjadi tempat sampah buat gosip-gosip mereka. Awalnya aku tidak keberatan, tapi lama-lama aku bosan juga kalau hampir tiap jam makan siang mereka selalu cerita mengenai kejelekan karyawan lain di depanku. Tepatnya mereka mengungkapkan uneg-uneg kepadaku. Dulu aku sempat terpengaruh dengan cerita mereka. Aku sampai bermusuhan dengan beberapa orang di bagian administrasi. Untungnya semua masalah sudah beres. Kali ini aku tak mau lagi terjebak oleh cerita mereka yang belum tentu kebenarannya.

Drrrtttt...drrrtttt...drrrtttt...
Handphoneku bergetar-getar. Ada SMS masuk.

From Mbak Tina Operasional

Sis, knp td nggak pulang brg kita aja?
Td kita mampir Siomay mang Undi lho.
Dapet gratisan tumpangan plus dpt 
gratisn makan dri manajer. Rugi km Sis. :p
Tdi di tnyain manajer operasional lho. 
Tumben km gak ikt gabung sm kita.

Received: 
08: 10: 12pm
Today
From:
Mbak Tina Operasional
+628572******

Dengan malas aku balas SMS itu. 

To Mbak Tina Operasional

Maav mb, td aku buru2. Soalnya mau
mampir ke toko kosmetik. Beli bedak.
Hehehe.

Sent:
08: 12: 20pm
Today
Message delivered
Mbak Tina Operastional
+628572******

Aku muak sudah dengan gaya SMS yang dikirim oleh mbak Tina. Selalu saja isinya cuman pamer. Aku males dipamerin terus kayak begitu. Makan gratisan saja dibanggain. Aku nggak mau berlama-lama berada dalam perasaan yang menyesakkan seperti ini. Aku pun memutuskan untuk mematikan handphone dan tidur meskipun masih jam 8 malam.
***
Pagi itu aku sedang sibuk dengan layar komputer di depanku. Aku sedang merekap beberapa data yang masuk ke kantor. Tak lama aku mendengar ada langkah kaki yang datang mendekati meja kerjaku.
"Hai Sis. Lagi sibuk ya?"
Aku mendongak ke asal suara.
"Iya mbak. Banyak data yang harus diinput dan direkap."
"Oh gitu." Mbak Tina menggeser sebuah kursi kemudian duduk disampingku.
"Eh Sis, aku ada berita heboh lho."
Aku diam saja. Aku pura-pura sedang mengetik padahal sebenarnya aku konsentrasi dan moodku sudah hilang karena kemunculannya.
"Si Vivi sama si Tata rebutan Doni lho."
Mau tidak mau aku menghentikan pekerjaanku untuk sejenak.
"Kok bisa mbak?" tanyaku kemudian.
"Jadi ceritanya si Doni itu suka SMSan sama Vivi sama Tata. Nah, terus si Vivi sama Tata jadi suka. Mereka tapi saling tahu kalau mereka sama-sama suka dengan Doni. Kalau Doni sendiri dia pernah curhat kalau dia maunya sama Vivi. Hanya saja dia juga suka sama Tata."
"Rumit ya." Aku hanya berkomentar singkat. Ah, nggak penting banget.
"Doni bilang kalau sejak awal dia suka sama Vivi karena orangnya baik dan cantik. Tapi yah, kamu tahu kan, kalau cowok kadang suka nggak tahan kalau lihat cewek yang manja dan sedikit ganjen kayak si Tata."
Aku hanya mengangguk saja, mencoba mengamini apa yang diceritakan mbak Tina.
" Ya sudah ya Sis. Aku balik ke ruanganku dulu. Nanti pulang bareng ya. Aku pengen makan bakso di deket toko bangunan itu lho. Bakso pak Indro. Kayaknya enak kalau sore-sore habis kerja kesana."
"Emm, aku nanti pulangnya dijemput mbak. Jadi nggak bisa bareng." Aku bohong lagi.
"Oh, oke deh. Kapan-kapan aja lah."
Dia pun berlalu pergi. Lega rasanya si biang gosip sudah pergi dari hadapanku.
***
Malam harinya aku memutuskan untuk membuat surat pindah. Aku sudah tidak kuat lagi bekerja disana. Aku tak mau lagi mendengar gosip murahan dan berita tak benar yang hanya menjatuhkan orang lain. Aku ingin menjauh dari kawanan bermasalah seperti mas Doni, mbak Tata, mbak Vivi, dan mbak Tina. Terlebih mbak Tina, mbak Tata, dan mas Doni. Kalau mbak Vivi sih aku nggak pernah punya masalah berarti dengan dia karena dia cenderung pendiam dan baik hati. Aku bermaksud untuk pindah ke kantor cabang perusahaan di lain kota. Mungkin memang sedikit jauh dar rumah dan aku mungkin perlu menyewa sebuah kamar kos agar lebih dekat dengan kantor.

Aku menuliskan surat ijin pindah lengkap dengan materai senilai 6000 rupiah. Aku juga sudah membicarakan hal ini pada orang tuaku, terlebih ibukku dan beliau mengerti keadaanku. Aku pun sudah mencoba mencari informasi kos di kota dimana kantor cabang perusahaan berada. Besok pagi aku tinggal menghubungi manajerku saja. Aku harap semuanya lancar.
***
Siang itu, dua hari setelah aku mengajukan ijin pindah perusahaan, aku tersenyum bahagia. Aku merasa menang. Aku diijinkan untuk pindah ke kantor cabang perusahaan seperti yang kuinginkan. Aku merasa tidak ada lagi yang akan meracuni hidupku. Tidak ada yang akan mengganggu hari-hariku lagi.
 ***
Hari ini tepat 1 minggu aku bekerja di kantor baruku meski masih menjabat sebagai karyawan bagian administrasi. Aku merasa senang dan selalu memiliki mood yang baik untuk bekerja disini. Hampir semua karyawan disini ramah. Ya, meski aku belum tahu pasti kedepannya bagaimana. Yang penting aku sudah merasa nyaman disini. O ya, aku sengaja tidak memberitahu mbak Tina, mas Doni, mbak Tata, dan mbak Vivi soal kepindahanku. Aku pikir, ini keputusan yang tepat.

Drrrttt...ddrrrtt..drrtttt...
Ada sebuah SMS masuk dari sebuah nomor yang tak asing bagiku.

From Mbak Tina Operasional

Sis, kamu kok udah 1 minggu nggak
masuk kerja? Kmn? Aku dgr km pindah?
Bener gak Sis?

Received:
09: 23: 10am
Today
From:
Mbak Tina Operasional
+628572******

Aku membaca SMS tersebut dengan sebuah senyum di bibirku. Aku tutup laman SMS tersebut tanpa ada niatan untuk membalasnya. Tanganku segera meraih keyboard di depanku dan melanjutkan menginput data dengan perasaan bahagia.

image was taken from here

2 comments:

  1. ini cerpen apa pengalaman pribadi dek? :P

    ReplyDelete
  2. itu fiksi tapi ada sedikit nyerempet pengalaman pribadi. hehehe. :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
PitaPata - Personal picturePitaPata Cat tickers
PitaPata - Personal picturePitaPata Cat tickers
Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net