Judul Bahasa Indonesia: Nyanyian Sang Penyihir Terakhir
Penulis: Amber Argyle
Penerbit: Atria
Cetakan: I/Juli 2012
Harga: Rp64.900 (disc 20% jadi Rp51.920)
Beli di: Togamas, Jogja
Cover:
source: website penerbit Atria
Brusenna adalah anak dari seorang penyihir wanita bernama Sacra. Mereka berdua tinggal terasing di tepi hutan di sebuah desa di wilayah Gonstower di negara Nefalie. Penduduk desa tidak menyukai mereka karena para penduduk tahu bahwa Brusenna dan ibunya adalah kaum penyihir. Pada suatu hari, ketika Brusenna tengah dianiaya oleh seorang pedagang di pasar, datang seorang wanita yang menyelamatkannya dan meminta Brusenna untuk membawanya pada Sacra, ibunya. Dengan was-was Brusenna akhirnya membawa wanita yang diketahui bernama Coyel itu pulang menemui ibunya. Coyel datang membawa kabar yang kurang mengenakkan tentang serangan Penyihir Kegelapan, Espen, kepada para Penjaga (Penyihir penjaga keseimbangan alam). Sejak kedatangan Coyel, sang ibu menjadi berbeda. Dia menjadi lebih waspada dan terkesan menutupi sesuatu. Akhirnya, pada suatu malam, Brusenna sengaja membuntuti ibunya yang tengah berdiri di dalam lingkaran penyihir di tengah ladang. Sacra sang ibu bernyanyi memanggil angin dan mengucapkan beberapa kalimat yang Brusenna sendiri kurang paham maksudnya. Di pagi harinya, sang ibu memanggil Brusenna. Sacra kemudian menunjukkan beberapa simpanan koin emas dan buku sihir kuno, serta memberikan Brusenna sepucuk surat. Hari berikutnya, Sacra pergi meninggalkan Brusenna seorang diri di rumah untuk ke Suaka menyusul Coyel yang terlebih dahulu pergi kesana.
Brusenna yang ditemani anjing setianya, Bruke, memulai petualangan baru tanpa ibunya lagi. Padahal, Brusenna yang kemudian mengganti namanya menjadi Senna terbilang sangat amatir dalam bidang sihir. Dia hanya hafal beberapa lantunan lagu penyihir saja karena Sacra memang jarang mengajarinya sihir untuk melindungi diri Senna sendiri. Sesuai surat dari ibunya, Senna kemudian menyusul sang ibu menuju Suaka, tempat yang sama sekali asing di benaknya. Selama berpetualang mencari Suaka, Senna terus-terusan mendapat masalah dari Wardof dan Garg yang terus mengejarnya. Ya, Wardof dan Garg adalah pelayan Espen yang ditugaskan untuk menangkap bahkan membunuh Senna. Dibantu oleh "Pengawal" amatiran, Joshen, Senna dan Bruke pun memulai perjalanan panjang mencari Suaka yang ternyata terletak di sebuah pulau di tengah samudera. Medan yang dilalui semakin sulit karena kekuatan sihir Espen yang telah merusak keseimbangan alam. Di sisi lain negara Nefalie terjadi kekeringan dahsyat, sedangkan di perairan kabut tebal serta hujan tak pernah sirna.
Berbekal tekad dan kemampuannya, Senna, Bruke dan Joshen akhirnya sampai juga di Suaka, disambut oleh seekor makhuk setengah katak setengah manusia yang bernama Pogg. Dari Pogg, Senna mengetahui bahwa dialah sang Penyihir Terakhir, dimana semua Penjaga telah dikalahkan oleh Espen, bahkan Sacra ibunya. Konflik semakin banyak terjadi antara Senna dan Joshen yang membuat Senna mengirim Joshen keluar dari Suaka dengan nyanyiannya. Namun pada akhirnya, Senna kembali menemui Joshen yang datang menjemputnya bersama Kapten Parknel, kapten kapal Penyihir Laut. Bersama dengan Joshen dan menumpang kapal Penyihir Laut, Senna pergi menuju sarang Espen di negara Tarten. Ternyata, segalanya tak semudah yang dibayangkan oleh Senna. Hampir semua penduduk Tarten membenci penyihir. Bahkan, petinggi Tarten mengerahkan ribuan prajurit bermantel merah untuk selalu waspada akan keberadaan penyihir. Mengetahui hal itu Senna harus semakin waspada untuk mencari jalan menuju sarang Espen. Untungnya, ada beberapa penduduk Tarten yang merupakan kawan penyihir. Mereka dengan senang hati membantu Senna dan Joshen menuju sarang Espen.
Akhirnya, Senna benar-benar bertemu dengan Espen, sang Penyihir Kegelapan. Pertarungan sengit antara keduanya pun dimulai. Senna yang merupakan penyihir muda amatiran (yang bahkan belum dinobatkan sebagai penyihir) harus melawan penyihir tingkat tinggi yang memiliki kekuatan nyanyian ratusan penyihir yang semula telah dikalahkannya. Namun, tekad dan kemampuan Senna serta nyanyiannya ternyata lebih dari apa yang dia ketahui sebelumnya. Senna berhasil memanggil Sang Pencipta yang terdiri dari 4 Saudari, yakni Sinar Matahari, Tanah, Air, dan Tumbuhan. Dengan bantuan 4 Saudari, Senna akhirnya mengalahkan Espen (dengan mengubahnya menjadi pohon dan mengambil nyanyiannya) dan menyelamatkan ratusan penyihir yang telah diubah menjadi pohon kemudian mengembalikan nyanyian mereka masing-masing. Klimaks dari novel ini tidak berhenti sampai disini. Senna dan sekitar 250 penyihir lainnya, tua dan muda, harus menghadapi ancaman baru di Tarten. Para prajurit yang jumlahnya ribuan bahkan puluhan ribu siap membunuh mereka. Pada akhirnya, mereka harus menggunakan strategi lain. Dan tentu saja, mantra yang sangat mengerikan harus dirapalkan.
Witch Song adalah novel debut Amber Argyle. Ceritanya sangat unik, menyentuh, dan nyata. Isi cerita di dalam novel ini tak kalah dengan berbagai cerita mengenai penyihir dan kekuatan magis lainnya. Apalagi, ditunjang dengan konflik-konflik baik internal maupun eksternal dalam diri sang tokoh utama, Brusenna. Novel ini juga menyingkap berbagai romansa antara Brusenna dengan Joshen, yang merupakan satu-satunya harapan Senna untuk terus hidup dan berjuang mengalahkan sang Penyihir Kegelapan. Disini, Amber Argyle juga menggambarkan penyihir dalam rupa yang lain. Biasanya penyihir digambarkan sebagai wanita dengan tubuh bongkok, dagu panjang, dan hidung bengkok seperti paruh, dalam novel ini penyihir digambarkan layaknya manusia biasa. Bahkan, penyihir disini tidak menggunakan tongkat sihir atau sapu terbang. Kekuatan mereka ada pada nyanyian mereka dan beberapa biji tanaman yang merupakan senjata mereka. Novel Witch Song ini memiliki 2 sekuel. Buku pertamanya adalah Witch Song, kemudian disusul dengan Witch Born, dan diakhiri dengan Witch Fall. Tapi sayangnya di Indonesia, buku keduanya belum juga terbit. Padahal aku sudah nggak sabar pengen baca sekuelnya.
Sekuel Witch Song:
~Hug & Kiss~
xoxoxo