Thursday, November 14, 2013

Book Review: Witch Song

Judul: Witch Song
Judul Bahasa Indonesia: Nyanyian Sang Penyihir Terakhir
Penulis: Amber Argyle
Penerbit: Atria
Cetakan: I/Juli 2012
Harga: Rp64.900 (disc 20% jadi Rp51.920)
Beli di: Togamas, Jogja
Cover:
source: website penerbit Atria

Brusenna adalah anak dari seorang penyihir wanita bernama Sacra. Mereka berdua tinggal terasing di tepi hutan di sebuah desa di wilayah Gonstower di negara Nefalie. Penduduk desa tidak menyukai mereka karena para penduduk tahu bahwa Brusenna dan ibunya adalah kaum penyihir. Pada suatu hari, ketika Brusenna tengah dianiaya oleh seorang pedagang di pasar, datang seorang wanita yang menyelamatkannya dan meminta Brusenna untuk membawanya pada Sacra, ibunya. Dengan was-was Brusenna akhirnya membawa wanita yang diketahui bernama Coyel itu pulang menemui ibunya. Coyel datang membawa kabar yang kurang mengenakkan tentang serangan Penyihir Kegelapan, Espen, kepada para Penjaga (Penyihir penjaga keseimbangan alam). Sejak kedatangan Coyel, sang ibu menjadi berbeda. Dia menjadi lebih waspada dan terkesan menutupi sesuatu. Akhirnya, pada suatu malam, Brusenna sengaja membuntuti ibunya yang tengah berdiri di dalam lingkaran penyihir di tengah ladang. Sacra sang ibu bernyanyi memanggil angin dan mengucapkan beberapa kalimat yang Brusenna sendiri kurang paham maksudnya. Di pagi harinya, sang ibu memanggil Brusenna. Sacra kemudian menunjukkan beberapa simpanan koin emas dan buku sihir kuno, serta memberikan Brusenna sepucuk surat. Hari berikutnya, Sacra pergi meninggalkan Brusenna seorang diri di rumah untuk ke Suaka menyusul Coyel yang terlebih dahulu pergi kesana.

Brusenna yang ditemani anjing setianya, Bruke, memulai petualangan baru tanpa ibunya lagi. Padahal, Brusenna yang kemudian mengganti namanya menjadi Senna terbilang sangat amatir dalam bidang sihir. Dia hanya hafal beberapa lantunan lagu penyihir saja karena Sacra memang jarang mengajarinya sihir untuk melindungi diri Senna sendiri. Sesuai surat dari ibunya, Senna kemudian menyusul sang ibu menuju Suaka, tempat yang sama sekali asing di benaknya. Selama berpetualang mencari Suaka, Senna terus-terusan mendapat masalah dari Wardof dan Garg yang terus mengejarnya. Ya, Wardof dan Garg adalah pelayan Espen yang ditugaskan untuk menangkap bahkan membunuh Senna. Dibantu oleh "Pengawal" amatiran, Joshen, Senna dan Bruke pun memulai perjalanan panjang mencari Suaka yang ternyata terletak di sebuah pulau di tengah samudera. Medan yang dilalui semakin sulit karena kekuatan sihir Espen yang telah merusak keseimbangan alam. Di sisi lain negara Nefalie terjadi kekeringan dahsyat, sedangkan di perairan kabut tebal serta hujan tak pernah sirna. 

Berbekal tekad dan kemampuannya, Senna, Bruke dan Joshen akhirnya sampai juga di Suaka, disambut oleh seekor makhuk setengah katak setengah manusia yang bernama Pogg. Dari Pogg, Senna mengetahui bahwa dialah sang Penyihir Terakhir, dimana semua Penjaga telah dikalahkan oleh Espen, bahkan Sacra ibunya. Konflik semakin banyak terjadi antara Senna dan Joshen yang membuat Senna mengirim Joshen keluar dari Suaka dengan nyanyiannya. Namun pada akhirnya, Senna kembali menemui Joshen yang datang menjemputnya bersama Kapten Parknel, kapten kapal Penyihir Laut. Bersama dengan Joshen dan menumpang kapal Penyihir Laut, Senna pergi menuju sarang Espen di negara Tarten. Ternyata, segalanya tak semudah yang dibayangkan oleh Senna. Hampir semua penduduk Tarten membenci penyihir. Bahkan, petinggi Tarten mengerahkan ribuan prajurit bermantel merah untuk selalu waspada akan keberadaan penyihir. Mengetahui hal itu Senna harus semakin waspada untuk mencari jalan menuju sarang Espen. Untungnya, ada beberapa penduduk Tarten yang merupakan kawan penyihir. Mereka dengan senang hati membantu Senna dan Joshen menuju sarang Espen.

Akhirnya, Senna benar-benar bertemu dengan Espen, sang Penyihir Kegelapan. Pertarungan sengit antara keduanya pun dimulai. Senna yang merupakan penyihir muda amatiran (yang bahkan belum dinobatkan sebagai penyihir) harus melawan penyihir tingkat tinggi yang memiliki kekuatan nyanyian ratusan penyihir yang semula telah dikalahkannya. Namun, tekad dan kemampuan Senna serta nyanyiannya ternyata lebih dari apa yang dia ketahui sebelumnya. Senna berhasil memanggil Sang Pencipta yang terdiri dari 4 Saudari, yakni Sinar Matahari, Tanah, Air, dan Tumbuhan. Dengan bantuan 4 Saudari, Senna akhirnya mengalahkan Espen (dengan mengubahnya menjadi pohon dan mengambil nyanyiannya) dan menyelamatkan ratusan penyihir yang telah diubah menjadi pohon kemudian mengembalikan nyanyian mereka masing-masing. Klimaks dari novel ini tidak berhenti sampai disini. Senna dan sekitar 250 penyihir lainnya, tua dan muda, harus menghadapi ancaman baru di Tarten. Para prajurit yang jumlahnya ribuan bahkan puluhan ribu siap membunuh mereka. Pada akhirnya, mereka harus menggunakan strategi lain. Dan tentu saja, mantra yang sangat mengerikan harus dirapalkan.

Witch Song adalah novel debut Amber Argyle. Ceritanya sangat unik, menyentuh, dan nyata. Isi cerita di dalam novel ini tak kalah dengan berbagai cerita mengenai penyihir dan kekuatan magis lainnya. Apalagi, ditunjang dengan konflik-konflik baik internal maupun eksternal dalam diri sang tokoh utama, Brusenna. Novel ini juga menyingkap berbagai romansa antara Brusenna dengan Joshen, yang merupakan satu-satunya harapan Senna untuk terus hidup dan berjuang mengalahkan sang Penyihir Kegelapan. Disini, Amber Argyle juga menggambarkan penyihir dalam rupa yang lain. Biasanya penyihir digambarkan sebagai wanita dengan tubuh bongkok, dagu panjang, dan hidung bengkok seperti paruh, dalam novel ini penyihir digambarkan layaknya manusia biasa. Bahkan, penyihir disini tidak menggunakan tongkat sihir atau sapu terbang. Kekuatan mereka ada pada nyanyian mereka dan beberapa biji tanaman yang merupakan senjata mereka. Novel Witch Song ini memiliki 2 sekuel. Buku pertamanya adalah Witch Song, kemudian disusul dengan Witch Born, dan diakhiri dengan Witch Fall. Tapi sayangnya di Indonesia, buku keduanya belum juga terbit. Padahal aku sudah nggak sabar pengen baca sekuelnya.

Sekuel Witch Song:



~Hug & Kiss~
xoxoxo


Saturday, November 9, 2013

Book Review: Warped

Judul: Warped
Judul Bahasa Indonesia: Sang Penenun Kehidupan
Penulis: Maurissa Guibord
Penerbit: Atria (Indonesia)
Cetakan: I/Agustus 2012
Harga: Rp 50.000 (disc 15% jadi Rp42.500)
Beli di: Togamas, Jogja
Cover:

Cover versi Bahasa Indonesia
source: website penerbit Atria

Warped adalah karya pertama dari Maurissa Guibord. Novel ini secara keseluruhan mengambil dua setting waktu yang berbeda; masa kini dan masa lalu. Cerita dalam novel ini dimulai ketika seorang gadis kota pinggiran, Tessa Brody, bersama ayahnya, Jackson Brody, mengikuti sebuah lelang barang-barang antik. Ayah Tessa begitu menginginkan sepaket buku kuno namun tidak menyangka jika mereka juga akan mendapat bonus sebuah buku bersampul kulit bertajuk "Texo Vita" (Menenun Kehidupan) dan sebuah permadani kuno dengan sulaman Unicorn di tengah-tengahnya. Setelah membawa pulang hasil lelang, yang mana Ayah Tessa sempat menggerutu karena harganya yang terlalu mahal, Tessa mendapat bagian untuk menyimpan permadani kuno bergambar Unicorn tersebut. Sejak dia menyimpan permadani itu di dalam kamarnya, dia sering dihantui mimpi aneh tentang penyihir dan pangeran dan juga Unicorn dimana dirinya sendiri berperan sebagai gadis (perawan) desa. Selain mimpi aneh, Tessa juga mendapat bermacam pesan aneh dimana dia harus mengembalikan "benang" yang bahkan dia sendiri tidak tahu apa maksudnya.

Tanpa sengaja, suatu malam Tessa menarik salah satu benang berwarna putih keperakan yang terlihat mencuat dari permadani tersebut. Ajaibnya, gambar Unicorn di tengah permadani hilang dengan sendirinya. Sebagai gantinya muncul sesosok pemuda tampan dengan pakaian kumal, aneh, compang-camping dan seperti berasal dari jaman kerajaan. Benar saja, sosok William de Chaucy, atau Will yang tiba-tiba muncul di hadapan Tessa adalah si Unicorn. Dia adalah anak bungsu dari Earl Umbric yang berkuasa di Hartescross, Cornwall, Inggris. Uniknya, Will tersebut datang dari masa lalu, sekitar tahun 1500an. Di sela-sela kebingungannya, Tessa kembali mendapat berbagai masalah. Mulai dari munculnya Lila Gerome yang mengaku sebagai pemilik permadani kuno dan buku "Texo Vita" yang menginginkan dua benda itu kembali padanya. Kemudian disusul dengan munculnya Norn bersaudari; Spyn, Weavyr, dan Scytha yang mengaku kehilangan beberapa benang kehidupan dan menuduh Tessa telah mencurinya.

Dibantu oleh sahabatnya Opal, Tessa kemudian mencari tahu banyak hal tentang Will, buku Texo Vita, dan juga permadani tersebut. Menurut informasi yang diperoleh dari Will, diketahui Lila Gerome adalah perwujudan dari Gray Lily, seorang penyihir dan juga seorang pemintal benang yang berasal dari Hartescross, yang mana telah berhasil menarik benang kehidupan Will dengan cincin batu amber miliknya dan menyimpannya di dalam permadani dalam bentuk seekor Unicorn berbulu putih dan bermata cokelat demi memperoleh kecantikan dan kehidupan abadi. Sejak saat itulah, Tessa berjuang mati-matian untuk melindungi Will dan benang kehidupannya. Namun, sayangnya, dia diantara dua pilihan sulit, antara melindungi nyawa Will atau mengembalikan ketujuh benang kehidupan yang dicuri dari Norn bersaudari demi mengembalikan susunan takdir (dalam untaian benang yang disebut Wyrd) yang terkoyak.

Klimaks dari cerita dalam novel ini adalah ketika Tessa masuk ke dalam permadani menyusul Will. Di dalam permadani yang adalah Hartescross buatan Gray Lily, Tessa harus berjuang melawan segala makluk buatan Gray Lily. Terutama, dia juga harus melawan Gray Lily demi menepati janjinya mengembalikan ke tujuh benang kehidupan yang dicuri kepada Norn bersaudari. Tapi sebagai konsekuensinya, Tessa juga harus rela mengembalikan benang kehidupan Will, pemuda yang kini dicintainya setengah mati, kepada Norn bersaudari karena Will ditakdirkan hidup 500 tahun sebelum masa Tessa.

Dalam novel ini, Tessa digambarkan sebagai gadis remaja yang pendiam dan cukup lemah. Dia bukan tipe gadis yang mudah mengambil keputusan, bahkan di saat-saat yang genting. Namun, justru karakter inilah yang membuat novel ini mengalir dengan sangat menggemaskan. Karakter Tessa yang terkesan "clumsy" juga memicu banyaknya adegan klimaks dan anti klimaks kecil sebelum adegan klimaks yang terakhir. Ending dari novel ini sedikit bisa ditebak, hanya saja tidak terlalu gamblang tertebak di tengah cerita.

Aku begitu menyukai novel ini dan cerita di dalamnya dimana menitikberatkan antara kepercayaan seorang individu terhadap takdir dan bagaimana dia mencoba merubah nasibnya sendiri meskipun takdir sudah tergariskan. Selain itu, cara penggambaran tokoh dan latar belakang terutama kota Hartescross sungguh mendetail. Namun sayangnya, novel ini terlalu banyak adegan klimaks dan anti klimaks kecil-kecil yang agak kurang menarik di sepanjang cerita, lagi pula menjelang klimaks terakhir adegannya agak garing. Pada intinya, novel ini sangat pas buat kamu yang suka imajinasi dan fantasi. Terutama yang menyukai dongeng tentang penyihir dan legenda Unicorn.


~Hug & Kiss~
xoxoxo


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
PitaPata - Personal picturePitaPata Cat tickers
PitaPata - Personal picturePitaPata Cat tickers
Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net