Friday, September 20, 2013

Si Kucing pun Bisa Marah

Menurut beberapa buku yang aku baca, kucing, seperti halnya anjing dan manusia, juga bisa ngambek atau marah. Awalnya sih aku nggak percaya sama apa yang tertulis di buku tersebut. Tapi, setelah kejadian kemarin Rabu (18 September 2013) baru aku percaya kalau kucing memang memiliki perasaan yang terbilang unik. Ya, kucing memiliki emosi. Kalau dia bisa senang, tentu saja dia bisa sedih dan marah. Jadi ceritanya kemarin Rabu, Cheeten marah padaku. Gara-garanya pagi-pagi jam 8 lebih dia meloncat masuk ke kamarku melalui jendela yang menghadap keluar. Seperti biasa kalau sudah begitu, dia pasti minta jatah sarapan. Akupun bergegas membimbingnya ke dapur. Oopsss! Ternyata di dapur hampir tidak ada makanan yang bisa Cheeten makan (kebetulan makanan kucing kesukaan Cheeten habis sejak hari Selasa) Yang ada di dapur cuma sayur tumis kangkung-tahu dan nasi putih dalam magic jar. Hmmm, Cheeten bukan tipe kucing yang suka dengan sayur ataupun nasi. Jadi dengan terpaksa aku mencari alternatif makanan lain. Karena nggak mungkin kalau aku keluar untuk beli ayam goreng atau ikan goreng kesukaannya, maka aku berinisiatif untuk membuatkan telur dadar kesukaannya. Cheeten memang terbilang suka makan telur dadar dan telur mata sapi. Kebetulan juga di kulkas masih ada beberapa buah sosis ayam. Cheeten itu pintar, kalau sudah lihat aku berdiri dan sibuk dengan kompor serta alat masak, dia akan berhenti mengeong dan memilih untuk tiduran di lantai. 

Setelah selesai dengan telur dadar dan sebuah sosis goreng, aku menuju ke piring makan Cheeten. Aku potong kecil-kecil telur dadar dan sosisnya (Cheeten suka telur dadar yang dipotong dadu dan sosis yang dipotong kemudian dipenyet sehingga dagingnya keluar). Apa yang terjadi?? Cheeten cuma mengendus sekali ke arah makanannya kemudian melengos pergi. Eh? Kok gitu? pikirku. Aku coba buat membujuk dia untuk makan, tapi dia tetap berlalu pergi dengan tatapan seolah-olah bilang, "Nggak ada makanan lain apa??" Aku membuntuti kemana dia pergi, ternyata dia pergi ke kamarku dan naik ke kasur. Okelah, untuk kali ini aku ijinkan dia naik ke kasur (biasanya nggak boleh karena dia sudah punya kasur sendiri). Setelah memastikan Cheeten baik-baik saja, aku pun melanjutkan kerjaanku menulis artikel. Sampai jam 11 siang, Cheeten terlihat diam di kamar. Sewaktu aku tengok, ternyata dia tidak tidur, hanya tiduran. Melihat aku datang, dia langsung berbalik membelakangiku. Eh? Aku sempet bingung. Aku kira dia sakit atau apa. Biasanya kalau lihat aku dia langsung mengeong, kali ini hampir seharian dia diam saja. Aku sempat khawatir. 

Pada akhirnya semua terjawab ketika adekku pulang sekolah. Aku yang jemput dia di sekolah. Saat perjalanan pulang aku cerita kalau Cheeten diam saja, sepertinya dia marah. Setelah sampai di rumah, terlihat Cheeten sedang asik tiduran di ruang TV. Ketika melihat adekku, dia langsung bereaksi seperti biasa. Mengeong manja dan menggesek-gesekkan kepalanya di kaki adekku. Tapi, sewaktu giliranku mendekat, dia cuma menatapku tanpa bersuara. Hmmm, sepertinya Cheeten benar-benar marah padaku sampai dia nggak mau dekat-dekat denganku. Akhirnya, aku menyuruh adekku dan ibukku untuk memberi makan Cheeten dengan ayam suwir. Untung saja, pagi harinya (Kamis, 19 September 2013) Cheeten sudah bersikap seperti biasa padaku. Dia sudah mau mengeong dan duduk berdekatan denganku. 

Pelajaran yang bisa dipetik dari Cheeten kali ini adalah bahwa kucing memang benar-benar memiliki perasaan dan emosi layaknya manusia. Kalau ada orang yang tega berbuat jahat pada mereka (atau menyiksa mereka), pasti mereka akan sedih dan sakit hati. Saling menghormati merupakan hal terbaik yang harus kita bangun untuk menjembatani persahabatan kita dengan hewan peliharaan kita, apapun itu.


~Hug & Kiss~
xoxoxo


Tuesday, September 10, 2013

Finally, I'm Done with Anything Related to Thesis

Yeayyyy!!! Setelah berkutat dengan thesis alias skripsi dengan intens selama beberapa bulan terakhir ini, akhirnya aku nyatakan bahwa diriku benar-benar sudah putus dengan skripsi. Hmmm, seneng sih rasanya apalagi pas nilainya udah keluar, nggak disangka banget hasilnya sangat memuaskan!! Thanks God! Tapi, sedih juga karena terkadang otak mendadak flashback ke memori-memori perjuangan mengerjakan skripsi, bimbingan dengan dosen pembimbing (Mr. Barli, I'm missing you already), pendadaran yang sempat diganti jadwalnya sehari sebelum maju, revisi (yang bisa dibilang sedikit *congkak*), ngejar-ngejar dosen penguji, kaprodi, dan dosen pembimbing buat minta tanda-tangan, nungguin pak dekan, buat PDF (yang sempet salah dan musti buat baru pakai bantuan online PDF converter), nge-burn PDF ke CD (untungnya pakai DVD-RW jadi bisa remove-add), sampai kesana kemari buat nyari tanda tangan beres administrasi sana-sini. Terakhir adalah daftar wisuda dan pembuatan kartu alumni. Perjuangan yang benar-benar menguras emosi, tenaga, dan pikiran. Fiuhhh! But, finally it's done. I'm free as student. Tapiiiiii, di depan sana sudah menunggu dunia baruku, masa depanku, tantanganku, dan berkat untukku. Siap-siap dulu mulai sekarang. Merancang apa yang mau dilakukan setelah lulus ini. Hmmmm.


~Hug & Kiss~
xoxoxo

Thursday, September 5, 2013

Ketika Keberuntungan Belum Berpihak Padamu, Buatlah Rencana Baru!

Ceritanya, hampir semingguan ini aku lagi nguber-uber dosen buat tandatangan di skripsi final sebelum dijilid hardcover terus dikumpul ke dekanat buat ditandatangani dekan. Tapi apa daya, sejak Senin sampai hari ini (Kamis) nguber 1 dosen aja nggak ketemu-ketemu. Dosen penguji yang lain, kaprodi, dan dosen pembimbing sudah tandatangan semua, hanya kurang 1 dosen penguji saja. Nah, mengapa aku beri judul "Ketika Keberuntungan Belum Berpihak Padamu, Buatlah Rencana Baru!", itu karena aku udah beberapa kali mendapat zonk buat ketemu si Ibu dosen ini. Awalnya aku  berencana untuk menemui beliau pada hari Senin (2 September 2013) dengan asumsi setelah mendapat tandatangan beliau, aku bisa langsung jilid hardcover. Setelah jilid, bisa langsung ke dekanat kemudian mengubah file skripsi menjadi PDF untuk dikumpul sebagai syarat pengambilan SKL untuk pendaftaran wisuda dan pembuatan ijazah. Tapi ternyata, rencanaku tidak berjalan baik, sejak hari Senin ibu dosen pengujiku PLPG sampai Rabu. Ya, aku maklumi lah, namanya juga lagi sibuk kan ya. Sebagai back up plan, jadilah hari ini aku nekat ke kampus pagi-pagi. Di jadwal sih beliau ngajar dari jam 7-10 (3sks). Makanya aku nekat berangkat jam 6 dari rumah untuk menemui beliau sebelum beliau ngajar. 

Sampai di kampus (setelah perjalanan panjang hampir 1 jam yang penuh perjuangan menghadapi kemacetan dan pengendara-pengendara yang naik kendaraan seenak udelnya sendiri), aku langsung menuju ke Common Room (istilah untuk ruang transit dosen). Ternyata, disana sudah sepi banget. Cuma ada 1 dosen yang sepertinya sedang membuat materi kuliah. Aku memberanikan diri buat bertanya, jujur, aku takut bersikap sama dosen itu karena pernah mengalami kejadian nggak mengenakkan dengan beliau. Untungnya beliau mau jawab (dengan lembut). Beliau bilang kalau ibu dosen yang aku cari tidak masuk karena sedang sakit. OMG! Ini udah hari Kamis, dan pendaftaran wisuda tutup Kamis minggu depan! Akkkkkk!! Akhirnya aku putuskan untuk SMS temenku buat minta nomor hp ibu dosen pengujiku itu. Syukurlah beliau membalas dengan mengatakan bahwa besok (baca: Jumat pagi) beliau bersedia ditemui untuk memberi tandatangan untuk skripsiku. Puji Tuhan. Semoga besok menjadi awal yang baik dan menjadi keberuntungan bagiku. Amien.

Intinya, aku cuma mau bilang kalau tidak selamanya manusia itu ada dalam kondisi atau posisi yang penuh keberuntungan. Sama sepertiku, ketika awal-awal pengerjaan revisi pasca-pendadaran, aku termasuk sangat beruntung dibandingkan teman-temanku yang  lain karena revisiku selesai hanya dalam waktu 1 minggu. Tapi justru ketika aku harus meminta pengesahan dengan tandatangan penguji, kaprodi, dan dosen pembimbing, aku mau tidak mau harus menerima kenyataan bahwa tidak selamanya apa yang aku lakukan berjalan sangat lancar sesuai rencana atau bahkan lebih baik dari apa yang aku rencanakan. Aku paham jika ada kalanya apa yang sudah dirancang dan direncanakan dengan baik oleh manusia, belum tentu berjalan sesuai rencana. Tapi, tidak sepantasnya kalau kita menyerah ditengah jalan. Tetap semangat apapun yang ada dihadapan kita. Percaya bahwa Tuhan masih menyimpan berjuta rencana bagi kita dibalik semua kejadian. Everything happens for a reason, kata banyak orang.


Behind a great plan should lie a million back up plans!


~Hug & Kiss~
xoxoxo


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
PitaPata - Personal picturePitaPata Cat tickers
PitaPata - Personal picturePitaPata Cat tickers
Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net